Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat “Pendampingan Orang Tua, dan Guru Untuk Menguatkan Mental, Kepercayaan Diri Serta Memupuk Keimanan Anak di TKIT Nur ‘Ilmi Al Furqon-Kota Bekasi”
Oleh : Nita Sri Handayani
Secara umum, masalah emosional dan perilaku pada anak prasekolah mulai ditemukan sejak masa anak usia dini (Richman, dalam Yuliandari, Elisabeth, Dianovinina, Yunanto dan Rasyida, 2019). Gangguan tersebut dapat terjadi karena terjadinya hambatan dalam kemampuan perkembangan anak, temperamen, dan pola pengasuhan anak. Pada anak usia dini, definisi masalah kejiwaan akan pada pandangan professional dan orangtua mengenai harapan perilaku normal apa yang seharusnya dan yang dianggap penting. Hal ini akan tergantung pada apakah orangtua/perawat kesulitan dalam mengatasi perilaku anak sehingga membuatnya mengalami distres (Yuliandari, Elisabeth, Dianovinina, Yunanto dan Rasyida, 2019).
Perlu ada penanganan agar anak mampu melalui tantangan tahapan perkembangan anak. Campbell mengungkapkan bahwa penting dalam memperhatikan perkembangan bahasa, regulasi diri, dan moral. Ia juga mengatakan agar anak tersebut tidak disalahkan jika prosesnya berbeda dengan anak lainnya karena hal ini dapat mencegah anak mencapai tahapan perkembangan yang sesuai Yuliandari, dkk 2019). Penting untuk membedakan harapan orangtua dan perilaku normal dan abnormal sesuai usia (Egeland dkk., 1990). Karena hal ini akan mempengaruhi kesehatan mental anak. Berdasarkan data Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (2022), diketahui bahwa :
- Satu dari tiga remaja (34.9%), setara dengan 15.5 juta remaja Indonesia, memiliki satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.
- Satu dari dua puluh remaja (5.5%), setara dengan 2.45 juta remaja Indonesia, memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.
- Gangguan cemas merupakan gangguan mental yang paling banyak dialami oleh remaja.
- Tidak ada perbedaan, baik berdasarkan jenis kelamin maupun usia, pada prevalensi gangguan mental secara keseluruhan. Namun, terdapat beberapa perbedaan berdasarkan jenis kelamin dan usia pada prevalensi beberapa jenis gangguan mental tertentu
![](https://fpsi.gunadarma.ac.id/psikologi/wp-content/uploads/2023/11/image-1.png)
https://www.halodoc.com/artikel/4-gangguan-mental-yang-terjadi-tanpa-disadari
Mengacu pada data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk Indonesia per 31 Desember 2022 mencapai 277,75 juta jiwa dan didominasi remaja. Paling banyak adalah penduduk berusia 10-14 tahun, yakni 24,5 juta jiwa, sedangkan penduduk di rentang usia 15-19 tahun sebanyak 21,7 juta jiwa (Arif, 2023). Jika ditotal, jumlah remaja berusia 10-19 tahun mencapai 46,2 juta jiwa. Maka, dengan persentase survei di atas jumlah remaja yang tergolong ODGJ sebanyak 2,54 juta orang dan 16,1 juta remaja tergolong ODMK. Angka ini tergolong sangat besar (Arif, 2023).
Beberapa anak memang cukup sulit mengekspresikan dirinya, baik secara emosi maupun lisan. Mereka pun cenderung ragu untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya di lingkungan baru. Akan tetapi, sebagai Orangtua harus dapat mencari cara meningkatkan percaya diri anak dalam menunjukkan bakat dan kemampuan diri. Anak perlu memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri. Hal ini akan mendorong mental anak untuk berani menghadapi dan menerima tantangan, menerima kegagalan dengan lapang dada dan tidak ragu atau takut untuk mencoba kembali. Untuk itu, orang tua perlu membangun fondasi yang kuat sehingga kepercayaan diri anak lebih kokoh saat beranjak dewasa.
Oleh karena itu, untuk mengeliminir sejumlah konflik maupun dampak buruk akibat ketidakseimbangan tersebut, maka diperlukan kegiatan psikoedukasi yang dapat membantu menurunkan beban psikologis pada orangtua selama pembelajaran jarak jauh, sehingga dapat membagi waktu dan tanggung jawab agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara fisik dan psikis dengan baik di masa pandemi ini. Kegiatan psikoedukasi ini dilaksanakan oleh Tim Abdimas Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma dalam bentuk seminar parenting yang berjudul “Menguatkan Mental dan Percaya Diri serta Memupuk Keimanan Anak ”.
Kegiatan psikoedukasi ini merupakan kerjasama antara Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma dengan TKIT Nur’Ilmi Al-Furqon, yang telah dilaksanakansecara luring pada Sabtu, 11 November 2023 bertempat di TK IT Nur ‘Ilmi Al Furqon beralamat Jl. Erlangga IV No.1, RT.005/RW.007, Mustikasari, Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat 17157. Kegiatan ini diihadiri oleh Pengajar, dan Wali murid
Kondisi psikologis orangtua dirumah sangat mempengaruhi diri anak yang sedang melakukan adaptasi di masa sekolah. Jika orangtua selalu menunjukan tindakan serta mental yang tidak stabil akan membuat anak-anak sulit menangkap materi pelajaran yang diberikan guru dan merasa tertekan berada dirumah. Bagaimana cara orangtua menguatkan mental dan percaya diri serta memupuk keimanan anak.
Berdasarkan analisis situasi, permasalahan utama yang dihadapi mitra adalah, orangtua dan guru perlu memiliki pengetahuan keterampilan yang dapat diterapkan pada proses belajar mengajar agar siswa mampu memperkuat mental, percaya diri serta memupuk keimanan anak. Pemberian solusi didapatkan melalui hasil analisis dan diskusi pada TKIT Nur ‘Ilmi Al Furqon Kota Bekasi, diantaranya membantu mengenalkan bagaimana agar orangtua dan guru dapat mendampingi siswa untuk belajar memahami cara untuk memperkuat mental, percaya diri serta memupuk keimanan anak.. Oleh karena itu diberikan seminar bidang psikologi dalam peningkatan dan pengembangan keterampilan orangtua dan pengajar dengan tema “MEMPERKUAT MENTAL, PERCAYA DIRI SERTA MEMUPUK KEIMANAN ANAK”.
Luaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang ditargetkan berupa seminar yang bermanfaat terkait dengan kondisi pendampingan perkembangan anak. Seminar ini memberikan pengetahuan kepada staf pengajar dan orang tua apa saja yang harus dilakukan untuk memperkuat mental, percaya diri serta memupuk keimanan pada anak.
Telah berhasil dilaksanakan Seminar Sekolah dengan topik Menguatkan Mental dan Percaya Diri serta Memupuk Keimanan Anak. Kegiatan ini dilaksanakan oleh 15 anggota tim Abdimas Fakultas Psikologi. Luaran dokumentasi kegiatan telah diunggah di akun instagram tim pengabdian masyarakat fakultas Psikologi Gunadarma https://www.instagram.com/abdimas_psi.ug/
Referensi :
Arif, A.(2023).Krisis kesehatan mental menghantui generazi Z Indonesia. https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/09/krisis-kesehatan-mental-menghantui-generasi-z-indonesia. Diakses pada 22/11/2023.
Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey .(2022). Laporan penelitian. Ministry of Health Republic of Indonesia
Kasih Fabiani, R. R. M., & Krisnani, H. Pentingnya peran orang tua dalam membangun kepercayaan diri seorang anak dari usia dini. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 7 (1), 40-47
Kieling, C., Baker-Henningham, H., Belfer, M., Conti, G., Ertem, I., Omigbodun, O., dkk. (2011). Child and adolescent mental health worldwide: Evidence for action. Global Mental Health 2, 378, 1515- 1525
Morin, A. (2021). How to improve your child’s mental health. Diakses dari https://www.verywellfamily.com/improve-childrens-mental-health4154379 pada 7 Februari 2023.
Rahman, M., M. (2013). Peran orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak usia dini. Jurnal Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8 (2), 373-388
Raising Children Network. (2022). Good mental health for children: 3- 8 years. Diakses dari https://raisingchildren.net.au/schoolage/health-daily-care/mental-health/children-s-mental-health pada 7 Februari 2023.
Tarmilia & Daliman. (2022). Model Percakapan untuk Menanamkan Religiusitas Ibadah dari Orang Tua ke Anak. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1080-1092. UNICEF. (2023). The Science of play. Diakses dari http://unicef.org/parenting/child-care/science-of-play pada 7 Februari 2023
Wahyuni, S. & Purnama, S. (2021). Pengembangan Religiusitas melalui Metode Kisah Qur’ani di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 103-116.
Yuliandari,E., Elisabeth,M.P., Dianovinina,K., Yunanto,T.A.R., & Rasyida,A..(2019).Kesehatan mental anak dan remaja.Yogyakarta: Graha Ilmu