Sehat Mental Dengan Menulis

Menulis ialah suatu tindakan aktivitas untuk membuat suatu catatan tentang sesuatu hal dan juga untuk menggoreskan sekumpulan pengalaman tentang perasaan atau peristiwa. Menulis dapat kita kaitkan dengan aksara, terkait dengan pencatatan dan dokumentasi akan sumber informasi. Berdasarkan awal permulaan sejarahnya, di zaman Mesir Kuno, menulis masih dilakukan dengan menggunakan gambar atau yang disebut dengan hieroglif, huruf-hurufnya mewakili kata-kata atau benda. Sedangkan di Sumeria (Irak) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat, yang dianggap mewakili bunyi-bunyian tertentu.  Namun, mundur sekitar 5000 tahun yang lalu, tulisan dengan Aksara mulai diperkenalkan.

Kegiatan menulis biasanya melibatkan penggunaan material atau sarana untuk mengekspresikan tulisan, biasanya menggunakan media kertas, alat tulis, seperti pensil dan pena. Semenjak perkembangan teknologi, tulisan dapat diterbitkan menjadi suatu karya tulis dengan adanya percetakan, membuat penyebaran karya tulis dan kegiatan menulis semakin berkembang dan menyebarkan informasi. Contohnya untuk mendapatkan informasi penulisan saja dengan mudah kita mendapatkan dari sumber referensi yang ingin kita ketahui hanya dengan mencarinya dari literatur secara daring maka informasi yang dibutuhkan akan dengan mudah kita dapatkan.

Suatu aktivitas dalam kegiatan komunikasi juga bisa kita lakukan melalui tulisan, baik dalam bentuk untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan diri sendiri. Sebagai sarana menulis untuk berkomunikasi dengan orang lain, jelas dengan menulis kan pesan melalui surat, melalui pesan singkat ataupun melalui tulisan-tulisan yang guna mengedukasi orang lain juga, baik melalui artikel, buku, media daring dan banyak media lainnya. Akan tetapi yang dimaksud dengan berkomunikasi dengan diri sendiri, bahwa menulis dapat menjadi sarana ekspresi dan terapi untuk diri sendiri.  Hal ini sesuai dengan manfaat menulis ; Dapat memenuhi keuntungan materi, bermanfaat untuk kesehatan terutama kesehatan mental, memberikan inspirasi dan menulis sebagai suatu sarana untuk pencatatan informasi dan sejarah. Berdasarkan manfaat menulis, salah satunya adalah terkait dengan manfaat dalam kesehatan mental, menulis bisa dijadikan sarana untuk menuliskan suasana hati, terapi dan juga untuk melepaskan emosi. Menulis juga bisa menjadi jembatan informasi pengalaman kehidupan yang bisa kita bisa ambil hikmahnya kelak, pengingat pembelajaran hidup ataupun bisa juga menjadi pembelajaran kehidupan buat orang lain.

Menurut Dr. James W Pennebaker, seorang Psikolog dan ahli bahasa,  seorang yang memelopori terapi kejiwaan dengan menulis. Melalui karyanya yang berjudul Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotion“.  Penebaker mengatakan jika sedang mengalami permasalahan, mulailah menulis sedikit demi sedikit, kata demi kata. Untuk mengurangi depresi yang menekan jiwa Anda maka tuliskan saja apa saja yang kita bisa tuliskan. Menulis tentang hal-hal yang negatif akan memberikan pelepasan emosi yang dapat membangkitkan perasaan puas dan lega. Dari sisi kesehatan jiwa, bagi orang yang dapat menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka mengenai pengalaman traumatisnya, berdasarkan risetnya menunjukkan akan terjadi peningkatan kekebalan tubuhnya dibandingkan dengan orang yang hanya menuliskan masalah-masalah yang remeh-temeh saja. Jika kita cermati, banyak dari perjalanan kisah yang dituangkan dalam buku harian ataupun sejenisnya yang akhirnya dibukukan dan banyak orang yang bisa memetik hikmah darinya, misalnya buku mengenai perjalanan kesuksesan seorang yang tadinya mungkin hanya berasal corat-coret kisah di buku hariannya.

Dengan membiasakan menulis, seperti menuliskan pengalaman-pengalaman hidup di buku diary atau Self Journaling, serta dengan memanfaatkan fasilitas teknologi, misalnya, dengan menggunakan media sosial untuk berbagi cerita pengalaman yang bisa dituliskan dalam blog, artikel di media sosial. Seperti pada saat pandemik covid 19, ketika banyak orang yang terkurung tidak mampu beraktivitas keluar rumah, bermasalah dengan pasangan, orang tua, anak dan yang lebih banyak adalah yang bermasalah dengan diri sendiri. Pada masa pendemik tersebut, banyak komunitas-komunitas menulis yang lahir untuk mengumpulkan dan meningkatkan kebiasaan literasi dengan menulis, banyak yang melakukan terapi menulis untuk membangun self loved dan juga sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri dan mendapatkan pengakuan kemampuan diri melalui komunitas menulis tersebut. Komunitas tersebut bukanlah untuk sekumpulan para profesional dibidang menulis, justru sebaliknya, adalah sekumpulan orang yang memiliki permasalahan yang hampir serupa, berbagi cerita dalam bentuk tulisan, yang tidak jarang akhirnya diterbitkan dalam sebuah karya buku yang dipasarkan kepada khalayak terbatas.

Pennebaker mengatakan menulis memberikan banyak kegunaan yang bermanfaat, dengan menulis, kita dapat menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, membantu mendapatkan informasi, sebagai sarana pemecahan masalah. Saat ini banyak beredar sarana menulis untuk “Healing” untuk membuka diri dan sebagai pelampiasan perasaan diri dari masalah yang tersimpan untuk mendapatkan “insight” tersendiri melalui tulisan bebas yang saat ini banyak tersebar melalui komunitas-komunitas  menulis Antologi, yang berisikan pengalaman-pengalaman dari kisah nyata penulis dengan cerita bebas, yang akhirnya memang memaksa penulis untuk dapat menuliskan ceritanya.

 Life writing adalah kegiatan menulis untuk terapi. Tujuannya, untuk melepaskan tekanan dan sekaligus untuk menyenangkan hati serta mencerahkan  jiwa yang berada dalam kegelapan. Dalam hal ini aturan teori menulis  tidak terlalu ditekankan. Begitu juga bentuk tulisannya bisa fiksi atau nonfiksi, bahkan gabungan keduanya juga tidak masalah. Pennebaker menekankan, “Yang penting menulislah  dengan jujur dan terbuka tentang perasaan terdalam Anda. Jika itu belum mampu, rekam dengan tape recorder atau camera video. Kemudian, putar dan tulis sedikit demi sedikit. Jangan khawatir tentang tata bahasa atau ejaan, atau berharap mendapatkan sesuatu dengan benar. Hanya menulis – itu saja!”

Ada sebuah kisah tentang John Mulligan yang berdarah Skotlandia, seorang veteran  perang Vietnam yang mengalami trauma fisik dan psikis sangat berat sekembalinya dari Vietnam, ia melakukan life-writing as therapeutic begitu cemerlang. Tidak hanya mampu mengatasi depresinya, akan tetapi juga mampu menulis novel laris, bernilai sastra tinggi. Novelnya  berjudul Shopping Cart Soldier tahun 1997, bersumber dari kisah nyata perang  Vietnam yang  membuatnya jadi pembunuh tanpa rasa, tanpa jiwa. Tidak hanya membunuh ribuan manusia, tapi juga kerbau-kerbau, yang keduanya tak berdosa. Novel ini menceritakan tentang pengalaman mengerikan  seorang tentara  selama bertugas di garis depan medan perang Vietnam . Setelah  ia menjadi veteran, berubah menjadi sosok pria depresi berat. Ia jadi pencandu alkohol dan homeless  selama 10 tahun hidup menggelandang  di jalan-jalan di  San Fransisco. Ia menemukan kedamaian dalam dirinya setelah mengikuti life-writing as therapeutic workshop yang dimentori Maxine Hong Kingston, pengarang dan ahli bahasa ternama di AS.  “Kegiatan menulis benar-benar mampu membuatnya kembali ceria, bersiul-siul, melompat-lompat, karena proses menulis membuat pikirannya jernih dan menyalakan semangat hidupnya.”

Kisah tersebut menggambarkan bahwa dengan menulis, kita dapat menjaga dan memulihkan kesehatan mental kita, serta memberikan penghargaan kepada diri kita sendiri ketika kita mampu menjadikan karya atas tulisan yang kita buat. Minimal dengan tulisan-tulisan yang kita buat bisa membuat diri kita mengingat lagi akan peristiwa yang pernah terjadi, mungkin ketika kita merasakan peristiwa itu terasa sangat menyakitkan, namun ketika waktu berlalu bisa jadi tulisan-tulisan tersebut malah bisa membuat kita tertawa akan pengalaman kita di masa lalu ataupun menjadi pengingat betapa kuatnya kita menghadapi kondisi tersebut.

“ORANG BOLEH PANDAI SETINGGI LANGIT, TAPI SELAMA IA TIDAK MENULIS, IA AKAN HILANG DI DALAM MASYARAKAT DAN DARI SEJARAH. MENULIS ADALAH BEKERJA UNTUK KEABADIAN”

— Pramoedya Ananta Toer

Daftar Pustaka

Pranoto, N. (2015). Writing for Therapy. Jakarta: Pustaka Obor
Rachmat, H. (2019). Mendobrak Keraguan Menulis. Global Media Publikasi.
Simamarta, J (2019). Kita Menulis: Semua Bisa Menulis Buku. Medan: Yayasan Kita
Suhendi (2014). Cara dahsyat menulis artikel. Bekasi : Gramata Publishing

Ditulis oleh Warda Lisa